Mengenal Kampung Harimau di Madiun, Berawal dari Kiai yang Gemar Memelihara Harimau
Kelurahan Josenan di Kota Madiun memiliki ciri khas unik, yakni keberadaan patung harimau di area masuk wilayahnya.
sejarahMengenal Kampung Harimau di Madiun, Berawal dari Kiai yang Gemar Memelihara Harimau
Dulu di sini hiduplah seorang pertapa yang gemar memelihara harimau
Kelurahan Josenan di Kota Madiun memiliki ciri khas unik, yakni keberadaan patung harimau di area masuk wilayahnya. Konon, keberadaan patung tersebut bukan tanpa sebab. Pada masa lalu, harimau tak bisa dilepaskan dari sejarah kampung ini.
Sejarah
Mengutip situs resmi Kelurahan Josenan, dulunya kampung ini hanya dihuni oleh beberapa keluarga. Wilayah tersebut dulunya dikenal dengan nama Pedukuhan Ngebrak.
- Mengenal Inyiak Balang, Bentuk Penghormatan Masyarakat Minang pada Harimau
- Kisah Ibu Asal Madiun Jualan Pentol Tepung Kanji di Rumah, Omzetnya Capai Rp6 Juta per Hari
- Kisah Unik dari Desa Mertelu Gunungkidul, Satu Kawasan Hanya Boleh Dihuni 3 Kepala Keluarga
- Meriah, Dijemput 60 Mobil Sampai Dikawal Polisi Momen Kades Pulang dari Umroh
- Ganjar Pranowo Kantongi KTP Kabupaten Sleman, Disdukcapil Jelaskan Prosesnya
- Mabuk saat Amankan Jumat Agung, Perwira Polisi Cemarkan Tata Cara Ibadah
Dulunya, kampung ini mandiri tanpa ada sistem pemerintahan. Masyarakat setempat menganggap Kiai Joseno yang melakukan babat alas wilayah tersebut sebagai tokoh masyarakat sekaligus tokoh agama.
Keberadaan patung harimau di dekat lokasi masuk wilayah Kelurahan Josenan merupakan upaya masyarakat mengenang sosok Kiai Joseno sekaligus menjaga agar sejarah wilayah tersebut dikenal oleh generasi masa kini dan masa depan.
Kiai Joseno juga merupakan penggemar kesenian Reog. Hingga kini, setiap bulan Suro, masyarakat selalu mementaskan Reog dengan cara kirab keliling kelurahan.
Berubah Status
Seiring waktu, Pedukuhan Ngebrak semakin ramai. Pasalnya, wilayah ini berada di sekitar aliran Sungai Madiun yang merupakan kalur transportasi pada masa itu.
Status dukuh lantas diubah menjadi sebuah desa kecil. Kiai Joseno diangkat menjadi ketua desa.
Bersamaan dengan itu, dibentuklan tatanan pemerintahan desa dibawah kademangan dengan pengembangan wilayah menjadi lima dukuh. Meliputi: Dukuh Ngebrak, Dukuh Jonogaran, Dukuh Duragan, Dukuh Bulusari, dan Dukuh Suroreyan.
Dukuh Ngebrak kemudian diubah menjadi Desa Josenan. Nama ini diambil dari nama sesepuh desa, Kiai Joseno.
Kiai Joseno memimpin desa ini hingga wafatnya pada tahun 1912. Jenazahnya dimakamkan di Jalan Empu Supo.
Kemudian dipindahkan ke makam Moro Dalem karena lokasi makam sebelumnya terdampak pembangunan tangkis sungai Bengawan Madiun.
Perkembangan
Pada perkembanganya, Desa Josenan dalam Distrik Geger. Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, sampai tahun 1956. Pada tahun 1957 Desa Josenan masuk wilayah Kota Praja Madiun menjadi Desa Perkotaan.
Berdasarkan, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1981, desa yang berada di perkotaan berubah status menjadi kelurahan. Desa Josenan berubah status menjadi Kelurahan Josenan yang masuk wilayah Kecamatan Taman Kota Madiun sampai sekarang.